Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bulan Penuh Rahmat itu Akan Meninggalkan Kita

 


Sebuah  bulan yang didambakan kehadirannya oleh setiap muslim, yakni bulan Ramadan 1433 H, telah meninggalkan kita  dan insya Allah kikta akan bertemu lagi 11 bulan yang akan datang jika Allah memberi kita umur yang lebih panjang. Bulan Ramadan yang di dalamnya diwajibkan bagi setiap orang beriman untuk berpuasa memang dihadirkan khusus oleh Allah untuk  memberi kesempatan kepada manusia agar melakukan penyucian diri dari semua dosa yang  telah dilakukan. Karena itu, banyak janji Allah baik yang  lewat firman-Nya langsung di dalam al Qur’an maupun yang melalui hadits Nabi atas pahala bagi orang yang menjalankan ibadah puasa semata karena imannya kepada Allah  dan memohon pahala atas puasanya itu, yakni dihapuskannya dosa-dosa di masa lalu dan dosanya yang akan datang. Siapa yang tidak bahagia jika dosanya telah diampuni oleh Allah. Atau, adakah berita yang lebih menggembirakan dibanding dengan berita tatkala dosa kita diampuni oleh Allah? Niscaya tidak ada.

Mengapa bulan itu begitu didambakan? Karena banyaknya rahmat yang diturunkan Allah khusus di bulan itu. Begitu mulianya Ramadan, hingga Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda andai saja umatku tahu hikmah yang ada di balik bulan suci Ramadan niscaya umatku meminta bahwa sepanjang tahun itu bulan Ramadan. Di kesempatan lain, karena begitu istimewanya bulan Ramadan, Nabi juga pernah bersabda barang siapa yang senang dengan datangnya bulan suci Ramadan, maka haram jasadnya bagi apai neraka.

Bagaimana bulan Ramadan tidak disebut bulan mulia? Sebab, Allah melipatgandakan pahala semua ibadah wajib dengan berpuluh-puluh kali, sedangkan ibadah sunnah diberi pahala sebagaimana ibadah wajib. Tidak hanya itu, di dalam bulan Ramadan Allah juga secara tegas menurunkan sebuah malam yakni ‘lailatul qodar’ yang nilainya lebih baik daripada seribu bulan, kurang lebih 83 tahun 4 bulan. Karena itu, jika kita sedang berpuasa dan sedang mengerjakan amal sholeh tepat di malam istimewa itu sama dengan ibadah selama 83 tahun 4 bulan.

Padahal, belum tentu usia kita bisa mencapai angka 83 tahun 4 bulan itu. Jika menggunakan ukuran Nabi, usia rata-rata umat Muhammad hanya berkisar antara 60-70 tahun. Jadi sangat pendek. Subhannallah. Karena itu, sungguh rugi bagi orang yang tidak tahu makna yang dikandung di dalam bulan Ramadan, sehingga menganggap Ramadan layaknya bagaikan bulan-bulan lain sepanjang tahun, sehingga tidak cukup amalan yang diperbuat selama Ramadan.

Para ulama sufi menjelaskan bahwa manusia lahir dengan keadaan suci. Dalam Islam tidak dikenal istilah dosa waris, sebagaimana dipercaya agama lain. Islam mengenal setiap manusia terlahir suci. Karena itu, Allah yang maha Suci hanya mau menerima orang-orang yang suci tanpa dosa tatkala menghadap-Nya. Manusia suci bukan manusia tanpa dosa, melainkan manusia yang punya dosa dan mau bertaubat, sehingga dosanya diampuni oleh Allah swt. Sebab, Allah sendiri telah mendeklarasikan diri sebagai Sang Maha Penerima Taubat. Jadi surga bukan hanya tempat orang tak berdosa, melainkan tempat orang berdosa yang kemudian mau bertaubat sehingga dosanya diampuni. Allah menyadari benar jika manusia itu makhluk yang amat sangat lemah. Bahkan kata Nabi saja iman manusia itu naik turun. Tatkala imannya sedang naik, dia mudah diajak berbuat amal sholeh. Sebaliknya, tatkala imannya sedang turun, seseorang enggan diajak berbuat amal sholeh. Karena kelemahannya itu, manusia mudah berbuat dosa. Karena itu pula bisa dibayangkan.  jika Allah tidak menciptakan sebuah momentum waktu khusus bagi manusia untuk menyucikan diri dari dosa niscaya sebagian besar manusia akan menjadi penghuni neraka.

Dalam konteks penyucian diri dari dosa tersebut, Allah secara sistematis membuat momentum-momentum waktu secara khusus untuk beribadah. Untuk penyucian diri tiap hari Allah sediakan ibadah sholat wajib lima kali sehari. Karena itu, sholat merupakan ibadah untuk menghindarkan diri dari perbuatan mungkar dan keji dari kurun waktu harian. Jadi sholat merupakan ibadah harian. Sholat juga menjadi pembeda yang sangat jelas apakah seorang itu muslim atau tidak.  Dengan menjalankan ibadah secara rutin insya Allah seorang muslim terjaga perilaku dari perbuatan mungkar dan keji. Setiap waktu sholat hakikatnya merupakan momentum penyucian diri, sehingga seorang yang terus menjaga sholatnya niscaya selalu dalam keadaan suci.Selain ibadah harian, Allah juga menciptakan ibadah mingguan, yakni sholat Jum’at. Selang waktu antara Jum’at dan Jum’at berikutnya juga merupakan momentum penyucian diri seorang muslim dari dosa mingguan. Dengan demikian, seorang muslim yang menjaga ibadah sholat Jum’at sejatinya dia juga menjaga penyucian dirinya dari perbuatan dosa mingguan.

Ramadan adalah ibadah tahunan. Hanya setahun sekali Allah menurunkan waktu untuk beribadah secara khusus, yakni di bulan Ramadan. Logikanya, jika ibadah sholat merupakan momentum penyucian diri tingkat harian, dan ibadah sholat Jum’at tingkat mingguan, maka puasa Ramadan merupakan momentum penyucian diri pada tingkat tahunan. Selama satu tahun tentu banyak perbuatan dosa yang dilakukan manusia. Karena itu, lewat ibadah puasa Ramadan dosa-dosa itu dihapus sehingga tatkala Allah memanggilnya manusia menghadap dengan keadaan suci. Bagi orang yang menghadap dengan keadaan tidak berdosa atau suci, Allah abadikan dengan panggilan khusus sebagaimana di dalam Al Qur’an pada surat Al Fajr empat ayat terakhir, yang artinya:

”hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya, maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku”.

Posting Komentar untuk "Bulan Penuh Rahmat itu Akan Meninggalkan Kita"