Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

LIMA KEKUATAN MANUSIA MENURUT PANDANGAN PSIKOLOGI ISLAM

 


Dalam pandangan psikologi islam, manusia itu memiliki 5 kekuatan pada dirinya, dua kekuatan yang mulia yakni Quatun Ilahiah (Potensi Ketuhanan), Quatun Mulkiah (kekuatan Malaikat), dua kekuatan yang rendah yakni Quatun Syaitaniah ( Kekuatan Syaitan) dan Quatun Bahimiyah (Kekuatan Hewan) dan satu kekuatan kunci yaitu Quatun Aqliyah (Kekuatan Aqal).

Akal manusia berfungsi untuk menimbang baik dan buruknya sesuatu. Sehingga kekuatan akal adalah penentu apakan manusia akan menanjak dengan dua kekuatan mulia ataukah dia akan terjerumus jatuh pada 2 kekuatan rendah.

Akal ibarat wadah, isinya adalah ilmu. Semakin mantap ilmu pada akal semakin bersar kekuatan akal dalam mempertimbangkan segala sesuatu.
Ilmu adalah cahaya yang degan cahaya itu kita bisa memahami warna warni kehidupan.

Tak ada ilmu tanpa guru, tak ada ilmu maka aqal tak berdaya. Ketika akal tak berdaya maka watak yang akan tumbuh pada manusia adalah watak syeitan dan binatang yang menyingkirkan watak ketuhanan dan watak malaikat. Maka jadilah manusia tubuhnya sementara jiwanya adalah jiwa binatang.

Pada posisi ini, maka pendidikan menjadi penting bagi manusia, karena pendidikanlah yang akan mejadikan manusia mampu mengendalikan watak setan dan binatang pada dirinya dan memberdayakan kekuatan Ilahiah dan kekuatan Malaikat pada dirinya. Ruh pendidikan adalah Guru. Tanpa guru pendidikan tidak ada artinya. Apapun adanya, keberadaan guru dalam pendidikan takkan tergantikan oleh apapun.

Menyadari adanya sifat kehewanan pada diri manusia, maka tak dapat dihindari metode dalam menundukkan watak itu adalah dengan sedikit pukulan. Makanya guru kami selalu mengatakan “ yang saya pukul bukan kamu nak, tetapi sifat hewan dalam dirimu.”

Memukul adalah salah satu metode tetapi tidak sampai membuat bekas, apalagi setelah memukul siswa, guru mesti memulihkan perasan anak tersebut. Guru kami berpesan “ Kalau kau pukul anak didikmu, jangan sertai dengan amarah tetapi dengan do’a, insya Allah itu tidak akan membuatnya sadar akan kesalahnnya.”

Masalahnya terkadang orang tua siswa tidak faham dan cendrung egois ketika anaknya mendapat sentuhan dengan pukulan oleh gurunya. Dianggaplah itu sebagai kekerasan dalam dunia pendidikan.

Ibaratnya guru adalah Dokter, dan siswa adalah Pasien. Seorang pasien yang datang berobat yang setelah didiagnosa ternyata penyakitnya ringan saja maka diberikanlah vitamin dan antobiotik oleh dokter. Tetapi ada pasien datang berobat dan ternyata pasiennya mengidap penyakit kanker dan harus dioprasi, maka tentu dokternya tidak lagi memberi resep tetapi menyarangkan langkah oprasi. Bayangkan oprasi itu menyakitkan dan melukai jaringan tubuh, karena hanya dengan jalan itu pasien bisa selamat. Kalo guru sudah menegur berkali-kali, melakukan berbagai pendekatan, orang tua bahkan sudah dipanggil, sudah tanda tangan surat pernyataan pula di BP tetapi tidak berubah wataknya, berarti anak ini sakit parah dan mungkin untuk merubahnya hanya dengan pukulan yang sifat tidak melampaui batas kewajaran. Siapa tahu dengan pukulan itu sang anak bisa terselamatkan.

Guru kami berpesan “ Bekas Pukulan guru ketika mendidik muridnya maka pada bagian bekas pukulan itu tidak akan disentuh api neraka.” Tentu apabila murid dan orang tua sabar menerimanya.

Saya berani berkata ” seandainya bukan karena pukulan guru saya tidak akan menjadi seperti sekarang ini. Saya tak dapat membalas setiap kesadaran dan ilmu yang diberikan dengan Do’a.

Posting Komentar untuk "LIMA KEKUATAN MANUSIA MENURUT PANDANGAN PSIKOLOGI ISLAM"