Mengaku Wali Allah
Mengaku Wali Allah
Bismillah..
Kini, kita sering mendengar ada orang mengaku-ngaku sebagai wali Allah dan menceritakan keluar biasaannya (Howariku lul Adah) . Bahkan informasi itu beredar di media sosial. Padahal tak pantas bagi seorang wali Allah melakukan hal itu, dan tak perlu mengklaim dirinya seperti itu.
Dalam Firman-Nya ditegaskan :
“Janganlah kamu mensucikan diri-dirimu sendiri, Allah yang lebih mengetahui siapa yang bertakwa.” [An-Najm: 32]
Asy-Syaikh Abdur Rahman bin Hasan rahimahullah pernah berkata,
“...mengaku-ngaku sebagai wali adalah pensucian (rekomendasi) terhadap diri sendiri yang terlarang dalam firman Allah ta’ala,
'Janganlah kamu mensucikan diri-dirimu sendiri.' (An-Najm: 32)
Maka mengaku-ngaku dan mengklaim sebagai wali Allah itu bukanlah sifat asli para wali. Sifat para wali adalah merendah hati (tidak sombong), mengakui kekurangan diri dan takut kepada Rabb mereka. Bagaimana mungkin ada wali yang mendatangi manusia dan ingin diakui bahwa dirinya wali yang memiliki karomah?
Pada dasarnya, apa yang mereka lakukan hanyalah usaha untuk meraih kedudukan di hati-hati manusia, ingin diikuti dan mengejar dunia dengan mengaku-ngaku sebagai wali.
Cukuplah kita bercermin dengan para sahabat dan tabi’in radhiyallahu’anhum, dimana mereka adalah pemimpin para wali, apakah mereka mengaku-ngaku sebagai wali dan memiliki ilmu yang aneh-aneh?
Apakah mereka yang mengaku wali mampu menguasai dirinya untuk menangis ketika membaca Al-Qur’an, seperti Sahabat Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu’anhu.
Sahabat Umar radhiyallahu’anhu, terdengar tangisannya bergemuruh di dalam dadanya dari belakang shaf, beliau menangis dalam sholatnya.
Dan pernah beliau membaca satu ayat dalam wirid beliau di satu malam, maka beliau menderita sakit selama beberapa malam yang membuat para sahabat menjenguk beliau.
Wallahu'alam
Posting Komentar untuk "Mengaku Wali Allah"