Ada 6 hal guna menghadirkan sikap khusyuk ketika kita mendirikan shalat
Ada 6 hal guna menghadirkan sikap khusyuk ketika kita mendirikan shalat, di antaranya:
1) Hudur al-Qalb (kehadiran hati),
2) At-Tafahum (Pemahaman secara mendalam),
3) at-Ta’zhim (penghormatan/pengagungan),
4) al-Haibah (lebih dari hormat, takut/khauf),
5) ar-Raja’ (Pengharapan),
6) al-Haya (malu) .
1. Hudhur al-Qalbi, yaitu menghadirkan hati kita ketika menunaikan shalat. Hati kita harus kosong dari segala sesuatu selain yang tidak ada hubungannya dengan shalat yang kita kerjakan atau kita ucapkan. Kita harus merasakan kehadiran Allah dalam diri. Merasakan kedekatan dan kebersamaan dengan Allah. Kalbunya hidup dan terus ditujukan kepada Allah. Kesadaran kita tentang perbuatan dan ucapan tak pernah terpisah dari keduanya. Pikiran kita berpaling dari segala sesuatu selain yang dikerjakan, serta tidak ada kelengahan apa pun padanya.
2. At-Tafahhum (pemahaman mendalam), yaitu pemahaman mendalam atas apa yang sedang kita ucapkan. Kita berusaha memahami segala perkara dalam shalat dan bacaan shalat yang sedang didirikan. Mengahayati makna dan gerakan shalat dengan penghayatan lahir dan batin. Menurut Imam Al-Ghazali, terdapat makna-makna indah dan sangat lembut dan halus yang dapat dipahami oleh orang yang sedang melakukan shalat, padahal tidak pernah terlintas dalam hati sebelumnya. Pemahaman mendalam semacam ini akan melekat dalam hati baik saat dalam shalat ataupun saat di luar shalat. Karena itu wajar jika dikatakan bahwa shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar, sebab makna pemahaman batin tetap berkekalan dalam diri seseorang yang shalatnya khususyuk. Jadi, shalat khusyuk berlaku saat shalat dan di luar waktu shalat.
3. At-Ta’zhim, yaitu pengagungan dan penghormatan. Kita mengagungkan kebesaran Allah, melakukan penghormatan kepada-Nya. Kita merasakan kebesaran Allah dengan merasa bahwa diri kita kecil, hina, lemah, dan tak berdaya di hadapan Allah. Menurut Imam Al-Ghazali, pada tahap ini sebenarnya kita menjalankan 2 macam makrifat. Pertama, makrifat tentang keagungan dan kebesaran Allah SWT. Ini adalah bagian dari pokok-pokok iman. Seseorang yang tidak percaya sepenuhnya terhadap keagungan Allah, maka jiwanya tidak mungkin akan melakukan ta’zhim terhadap Allah. Kedua, makrifat tentang kehinaan dan kelemahan diri (nafsu), merasa bahwa diri ini adalah seorang hamba yang terbelenggu, terjajah dan terkendali oleh kekuatan di luar dirinya, yakni Allah.
4. Haibah, yaitu merasa takut terhadap kekuasaan dan kebesaran Allah ketika berada di hadapan-Nya. Merasa takut terhadap kemurkaan dan adzab-Nya. Merasa takut melanggar perintah-Nya. Namun, ini bukan seperti perasaan takut kepada kalajengking atau takut kepada kejahatan yang dilakukan oleh seseorang, namun rasa takut yang berdasarkan sikap penghormatan kepada Allah. Inilah makna haibah yang dimaksud, sebagaimana dia merasa takut jika mendapat hukuman atas kelalaiannya.
5. Ar-Raja’, yaitu sentiasa menaruh harapan besar kepada Allah mudah-mudahan shalat yang dikerjakan akan diterima oleh Allah. Berharap agar doa dan munajatnya dikabulkan. Betapa banyak orang mengagungkan seorang raja, merasa takut kepadanya,dan mencemaskan hukuman darinya, tetapi tidak mengharapkan ganjaran darinya. Sedangkan dalam shalat adalah harapan besar yang keluar dari kesungguhan hati kepada karunia-Nya, kemuliaan-Nya, keberkahan-Nya, dan keridhaan-Nya.
6. Al-Haya’, yaitu merasa malu terhadap Allah atas segala kekurangan dan kecacatan yang terdapat di dalam shalat. Merasa malu terhadap salah dan dosa, merasa malu terhadap kekurangan, kelemahan, dan kekerdilan diri yang selalu terjadi berulang-ulang. Rasa malu dapat timbul karena perasaan-perasaan semacam itu saat kita berhadapan di depan Sang Mahaagung: Allah SWT.
Dari Bab Asrar Ash-Shalah wa Muhimmatuha.
Posting Komentar untuk "Ada 6 hal guna menghadirkan sikap khusyuk ketika kita mendirikan shalat"