SALAT DIRI RAHASIA ALLAH MEMUJI TUHAN-NYA
INTISARI KITAB LANGKA BABUL IHSAN
SALAT DIRI RAHSIA ALLAH MEMUJI TUHAN-NYA
ULAMA YG ARIF BILLAH MENYATAKAN BAHWA DALAM IBADAH ITU ADA EMPAT PERKARA MUQARANAH..
MUQARANAH INI BERLAKU DI DALAM {SHALAT} DARI TAKBIR IHRAM SAMPAI DENGAN SALAM...
KE EMPAT MUQARANAH YANG DIMAKSUDKAN ADALAH :
1 ● muqaranah syahada
2 ● muqaranah takbir ihram
3 ● muqaranah sakaratul maut
4 ● muqaranah wahdatul zat
1. MUQARANAH SYAHADAT
Yang disebut muqaranah syahadat itu perkataa
"Laa af`alun illallah",
artinya
tiada perbuatan, hanya Perbuatan Allah juga yang Ada.
Raib [fana, binasa] perbuatan makhluk
Tidak ada lagi perbuatan makhluk dari takbir sampai ihram.
Apabila masih merasa ada perbuatan makhluk, batal muqaranahnya
Itulah sebabnya di dalam takbir ihram, semua yang halal, haram hukumnya. Karena di dalam takbir ihram itu tidak ada lagi untuk merasakan ada perbuatan makhluk, baik berupa yang halal, maupun yang haram
Kalau yang ada sudah Perbuatan Allah
● perlu apa lagi mengingat-ingat sesuatu
Itulah sebabnya, sebelum takbir ihram semua yang halal dihukumkan haram. Inilah yang dimaksud muqaranah syahada
"Laa af`alun illallah".
Tidak ada satu zarah pun perbuatan makhluk, hanya Perbuatan Allah yang Ada
2. MUQARANAH TAKBIR IHRA
Yakni sempurnanya takbir ihram dalam simpulan kat
"Laa asma`un illallah."
Tiada yang maujud segala nama, hanya Allah.
Raiblah ruhani: segala rasa ruhani termasuk perasaan senang, indah, dan keinginan melihat-mengalami ini-itu, tidak ada lagi. Raib ruhan
3. MUQARANAH SAKARATUL MAU
Yaitu fana sifat
"Laa maujudun illa shifatun illallah". Tiada yang maujud segala sifat, hanya Allah.
Raiblah ruh
Yakni jenis yang mutlak.
itulah Ruq Qudus.
Kelihatanlah siapa yang raib ke Tuhan dan kekal dengan Tuhan, kalau bukan jenis yang mutlak
Jadi, jasmani, ruhani, nurani, dan rabbani, semua raib bersama jenis yang mutlak
Sempurnalah.
Akmallah dengan Tuhan.
Selain dari jenis yang mutlak, nafi-lah. Tidak ada bersama-sama
[tidak besertaan]
4. MUQARANAH WAHDATUL ZAT
Lihatlah asalnya diri
Melihat asalnya diri.
"Laa zatul illallah fil haqiqaati illallah."
Asal diri, terdahulu... Dan hendaklah dimatikan dirinya terlebih dahulu
Sabda Nabi Saw.
"Mutu qabla Anta mutu."
Matikan dirimu sebelum mati
Seperti engkau berdiri di sajadah sebelum takbir ihram
matikanlah diri dulu.
"Laa af`alun illallah"
"Laa asma`un illallah."
"Laa maujudun illa shifatun illallah"
"Laa zatul illallah fil haqiqaati illallah.
Kemudian masukkanlah hakikat tauhid, "Laa maujudun illallah"
Tidak ada wujud, hanya wujud Allah.
Pandanglah, wujud siapa yang shalat itu
Kalau masih merasa wujud kamu, artinya belum mati.
Kalau kamu sudah tahu Wujud Allah saja Ada
● mau apa lagi tahu wujud-wujud baharu?
● Inilah shalat yang bersih dari syirik
Wujud Allah = Zat Allah = Rahasia Allah = Diri Alla
Jadi shalat itu Diri Allah menyembah Allah.
Karena yang Ada hanya Wujud Allah, tidak ada baharu.
Jadi, yang dikehendaki makrifat dalam tauhid itu:
● shalat itu kehendak Allah dan
● yang shalat itu Rahasia Allah.
Pandangan orang makrifat
● Sudah Diri Allah Memuji Tuhannya
Jadi praktik di dalam ibadah
● Matikan dulu diri kamu sebelum shalat.
Karena apa
● Karena di dalam shalat ini raib semua:
● mi'raj semua.
Yang mesti diucapkan dalam berdiri di atas sajadah sebelum takbir, yaitu KEEMPAT PERKATAAN MUQARANAH
Kemudian baru masukkan hakikat tauhid.
SETELAH ITU PANDANGLAH
Mematikan diri dalam shalat itu
● bukan meniada-tiadakan diri
● bukan mengosong-kosongkan diri,
● bukan membuang-buang diri,
● bukan juga merasa-rasakan diri tiada.
MEMATIKAN DIRI ITU MAKSUDNYA :
Kembalikanlah hak-hak Tuhan itu sebelum kamu mati
● "Laa af`alun illallah"
<=== tiada tubuh
● "Laa asma`un illallah."
<=== tiada nyawa
● "Laa maujudun illa shifatun illallah" <=== tiada berkelakuan
● "Laa zatul illallah fil haqiqaati illallah." <=== tiada dir
● Inilah mematikan diri sebelum mati.
● Inilah shalat orang muntahi;
= shalat tingkat penghabisan
Di dalam tasawuf amali ada penggolongan tingkat-tingkat amal seseorang, yaitu
TINGKAT PERTAMA SAMPAI KE EMPAT
Secara tauhid, kita kupas seperti ini
● MUFTADI
orang yang beramal dengan i`tikad lillahi ta'ala [karena atau kepada Allah].
Orang ini masih berkutat dalam masalah kelengkapan syarat dan rukun untuk menghadap Allah. Masih bersifat dari dirinya kepada Allah
● MUBTADI
orang yang beramal dengan i`tikad minallahi ta`ala [dari Allah].
Orang ini memandang dari Allah-lah sehingga dirinya bisa beramal ibadah. Masih bersifat dari Allah kepada dirinya
● MUTAWASIT
orang yang beramal dengan i`tikad billahi ta`ala [dengan Allah].
Orang ini memandang dengan Allah-lah sehingga dirinya bisa beramal ibadah. Masih besertaan dirinya dengan Allah
● MUNTAHI
orang yang beramal dengan i`tikad lillahi ta`ala, minallahi ta`ala, dan billahi ta`ala sekaligus.
Dipandangnya semua sehingga tidak dipandangnya dirinya ada, yang ada sudah Perbuatan, Kelakuan, Asma, dan Zat Allah semata. Tiada merasa ada diri lagi, sudah semuanya Allah semata
Untuk sempurna mengetahui Allah, ketahuilah asal diri.
Bukankah yang dijadikan Allah itu zat, sifat, asma, dan af`al.
INI YANG PERLU DIKETAHUI
Kata Ibnu Abbas r.a., kepada Nabi Saw., dia bertanya
"Yaa junjunganku, apa yang mula-mula dijadikan Allah Ta`ala?
Sabda Nabi Muhammad Saw.
"Innallaaha khalawa qablal asya`i nuurun nabiyyika.
Sesungguhnya Allah telah menjadikan yang mula-mula dari segala sesuatu ialah Cahaya Nabimu [Nur Muhammad].
NYATALAH,
Nur Nabi itulah mula-mula dari sekalian alam
Dan kata Abdul Wahab Syarani r.a. dari Nabi Muhammad Saw
"Innallaaha khalaqarruuhin nabiy Muhammad Shalallaahu `alaihi wasalam min zaatihi wa khalaqarruuhin alam.
Sesungguhnya Allah menjadikan ruh Nabi Muhammad Saw. dari Zat-Nya [Zat Allah] dan menjadikan ruh sekalian alam dari Nur Muhammad
SADARILAH
Segala sesuatu jenis yang zahir [korporeal; jasadi] dari Nur Muhammad, sedangkan ruh-ruhnya dari Zat Allah.
PANDANGLAH DIRI KITA
jasad ini Nur Muhammad;
ruh ini dari Zat Allah.
Sifat dan zat itu satu [compact]
CONTOH:
Kalau ketan dengan ragi :
satu, dinamailah tapai.
KALAU ZAT DAN SIFAT :
satu, dinamai diri siapa diri kita ini?
● Tentulah Diri Allah
● Nur itu Sifa
● Zat itu Rahasia.
Zat itu hayyun se-hayyun-hayyun-nya. Maka yang hiduplah yang berkelakuan, mana mungkin yang mati [fana] yang berkelakua
Kalau kita sudah tahu bahw
● Zat itu Wujud Allah; dan
● Wujud Allah itu Diri Allah,
● maka RAHSIA, itulah DIRI ALLAH.
Kalau sudah paham ini
● jangan lagi kamu sebut Diri Allah yang berkelakuan.
Sebut dengan sebenar-benarnya
● Allah yang berelakuan.
Karena dalam hakikat tauhid
● sudah tidak ada wujud baharu lagi.
Apa pun yang kamu lihat
● Wujud Allah yang Ada
Wujud Allah it
● Zat Allah;
Zat Allah itu
● Diri Allah.
Kalau sudah tahu Allah
● tidak perlu lagi kamu (mau sama dengan Allah ) atau ( mau jadi Allah.
Kalau sudah Allah
● ya tetap Allah.
Allah tetap Allah
● baharu tetap baharu.
Mana mungkin...
● Baharu bisa jadi Allah atau
● Allah jadi Baharu
JADI, DIRI MANUSIA INI DIRI ALLAH KERANA DIRI MANUSIA INI ZAT-SIFAT.
Jadi yang dikatakan shalat itu
● Diri Allah memuji Tuhan-Nya.
Kalau kesadaran ini kamu pegang terus, boleh kamu rasakan setiap tidur kamu mendapat hidayah
Sampaikanlah kepada keluarga dan sanak-saudara mu
MATIKAN DIRI DULU.
MAKSUDNYA
KEMBALIKANLAH HAK-HAK TUHAN ITU SEBELUM KAMU MATI.
Beritahukan juga kalau ada ulama yang belum tahu soal ini.
Jangan sampai dia jadi imam tanpa kepala, atau berkepala kambing, atau bahkan bertanduk
Orang tauhid bukan hendak sombong menyampaikan ini semua
SUMBER DARI :- INTISARI KITAB LANGKA BABUL IHSAN [Tauhid Hakiki
BAB :
SALAT DIRI RAHSIA ALLAH MEMUJI TUHAN-NYA
SUMBER DARI :- INTISARI KITAB LANGKA BABUL IHSAN [Tauhid Hakiki]
SALAT DIRI RAHSIA ALLAH MEMUJI TUHAN-NYA
Posting Komentar untuk "SALAT DIRI RAHASIA ALLAH MEMUJI TUHAN-NYA"